Setelah memberiskan kosan, aku bergegas membeli kopi
lantaran stok kopiku habis. Seharus nya masih ada satu lagi, tapi si Hawasi tak
sengaja menumphkakan kopiku kemarin. Saya memutuskan untuk pergi ke warung
berjalan kaki meskipun jarak warung dari kosan agak jauh. Sebenarnya saya nggak
tau dimana warung terdekat disini. Nggak apa-apa karena hari ini libur. Keep woles
and keep tamfan.
Beberapa rintik hujan sudah turun namun tidak banyak. Langit
sepertinya ragu untuk membasahi bumi. Klakson motor mengingatkan saya yang
jalan terlalu tengah. Saya melihat pengendara motor itu. Ternyata anak berseragam
SD. Pake helm besar. Logor. Kaya toge.
Saya melintasi satu sekolah dasar dimana bergelombol anak SD
yang baru bubar sekolah. Tak jauh dari sana, akhirnya saya menemukan warung. Di
depannya pun banyak bergerombol anak-anak SD yang nongkrong disana. Salah satu
anak lelaki di gerombolan itu meneteskan air mata. Ah, paling juga ee di
celana. Karena jaman saya SD, anak nangis itu kalau tidak dimarahi guru paling e’e
di celana. Rasa penasaran terpanggil setelah salah satu temannya bicara agak
keras, “jangan nangis.” Setelah teman-temannya tahu, anak-anak SD yang ada di
sektar sekolah SD ikut bergerombol di warung.
Anak itu duduk di tangga warung sambil tertunduk. Kedua
tangannya saling bertemu disela-selajarinya. Anak itu sedang merenungi sesuatu.
Saya harus bilang permisi karena tangga warung penuh
diduduki anak-anak SD itu. Saya tak lantas membeli kopi, tapi menunggu jawaban
rasa penasaran pada anak itu.
“Jangan nangis dong, masih banyak cewek didunia ini.”
Dalam hati saya
lantas berkata, “Anying.” "Ai kamu." Dan langsung membeli kopi. Medsos saya sepertinya akan
dipenuhi quote quote lagi. Ini yang salah siapa? Disaat jaman saya, anak-anak
sebesar itu kesibukannya adalah main layangan, kelereng, dan tazoz. Sekarang anak-anak pikirannya teralihkan memikirkan problema asmara terinspirasi drama cinta 300 episode.
Dek, nanti kamu akan mengerti kalau perempuan itu selalu benar.
Ini pasti gara-gara ganteng-ganteng Srigala.