Hello, My name is Gilang Novanda. You can follow me on my twitter @gilangnovanda, Cheerrsss :D

Sabtu, 21 Januari 2012

life like a good panorama



oh, hidup. Mengapa ada kehidupan di dunia ini? Kalimat ini cenderung ditanyakan saat seseorang menemui rintangan yang dirasa sulit untuk dihadapinya. Mulai merasa lelah dan frustasi harus berbuat apa dengan semua yang dihadapinya. Entah apa awalnya yang menyeret saya ke obrolan  waktu itu. Ketika kehidupan dipertanyakan.
“hidup maneh mah sedih wae.” Satu kalimat yang ditunjukan pada saya.
Saya senyum. Terbesit di kepala saya sebuah pertanyaan umum, Kenapa orang lain mudah menilai sesuatu hanya dengan kasat mata? Padahal tampilan kan tak selalu menjamin keadaan seseorang. Seperti orang berdasi yang enak dilihat namun kerjanya korupsi. Atau melihat komunitas punk muslim.
Bukan sedih, tapi saya hanya pengen diam. Diam pun bukan karena saya buang aer di celana. Rasanya ingin menikmati segelas teh hangat dengan tembakau diselimuti kertas berukuran A4. Entah berapa ukurannya sebenarnya. Saya nggak bawa penggaris. Untuk kesekian kalinya saya memang terlihat seperti orang stress. Sama seperti saat ini.
“ini kan ramadhan.” Tambahnya.
“memang apa yang bikin ramadhan menyenangkan?” padahal saya tau ibadah saya lebih getol darinya. Tapi dia yang sepertinya lebih bahagia. Suatu waktu pertanyaan pun muncul melibatkan keadaan seperti ini. Tentang agama. Wilayah yang sebenarnya nggak bisa benar-benar dikuasai selain nabi. Muncul pertanyaan, jika seseorang sudah menjalani agama dengan baik, tapi tetap mendapatkan derita dan merasa tak adil jika orang lain yang tak tahu agama medapatkan kebahagiaan.
Iya, ya? Kenapa kalau kita getol ibadah belum tentu mendapatkan apa yang kita ingin kan. Bukannya Tuhan maha kaya? Sedangkan melihat orang yang bejad mudah untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Saya tersadarkan kalau saya juga manusia sama seperti yang lain.
Ini lah ciri khas manusia, selalu melihat hanya dengan kasat mata, padahal tak selalu derita itu merupakan wujud yang sangat buruk. Mungkin hal itu lah yang mengajari kita tentang apa itu arti kata sabar dan arti kata sejati yang membawa kita ke tujuan yang mulia.
“saya mah sih selalu bahagia. Apalagi ngeliat kamu sedih.”
Teh hangat yang di dalam mulut nyembur sedikit gara-gara nahan ketawa.
“haha. Benget maneh goreng patut.”
Setelah menelan teh, saya merapihkan noda teh berantakan di sekirat mulut. Pake tisu.
“bagi saya ramadhan ini sama aja dengan hari-hari yang lain. Malam tetep aja gelap, siang tetep aja terang. Hok! Apa bedanya ramadhan dengan bulan-bulan yang lain?” kata saya coba memainkan filsafat yang menurut saya seperti itu. Karena bermacam-macam definisinya. Dan katanya lagi filsafat dilarang oleh agama. Filsafat memprioritaskan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.
Dulu, saat baru lulus sekolah, cita-cita saya ingin memasuki ilmu filsafat di Universitas negri. Saya lihat di brosur yang menjelaskan tentang ilmnu itu, Pelajarannya unik, Merenung. Apa daya, saya terlalu ganteng untuk masuk jurusan itu. Tapi alhamdulilah, Universitas yang kini saya duduki lebih dari ITB. Maksudnya lebih jauh. Udah nyampe ITB Bablas terus sampai patiukur.
“beda atuh.hehe” jawabnya singkat. Saya juga ga tau kenapa. Kenapa ya? Memang berkali-kali menanyakan seperti ini, ada juga yang bisa jawab, tapi ngaco.
Berarti benar, Dalam Al-quran, ada ayat tentang pengetahuan yang tak akan bisa diketahui manusia. Dan manusia mengklaim telah menemukan jawaban. <Ali imran ayat 3>.
Faktanya Memang berbeda rasanya beda jika sedang Ramadhan. Lebih damai dan bahagia. Karena saya meyakininya. Dan itu saya rasa cukup untuk memberi jawabannya.
“kata kamu tuhan maha adil? Kenapa banyak penjahat yang sukses?” tanyanya. Saya bingung. Dalam obrolan ini saya selalu membela tuhan.
“itu semua atas ijin tuhan. Itu yang namanya ujian.”
“kenapa tuhan mengijinkan orang itu jadi jahat?”
“bukanya orang udah dikasih otak sama agama? Kenapa orang itu lari dari itu? Itu nggak bisa nyalahin tuhan. Itu keputusan dia sendiri. Mungkin prustasi dengan cara yang baik.”
Seperti dalam buku yang saya baca, yang benar itu lebih sulit dari pada melakukan yang salah. Seperti membuat SIM yang benar. Penuh dengan ujian. Kalau jalan salah tak perlu melewati ujian.
Pertanyaan untuk mementokan otak saya berakhir. Saya berhasil membela diri dalam perdebatan yang GEJE ABIZZ.
Namun itu mengingatkan saya kembali tentang keraguan keberadaan tuhan dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan extreme. Ya, dari seperti itu. Kebahagiaan yang didapat tanpa ibadah. Ketika hati merasa tak adil atas apa yang diberikan tuhan.
Dan sebenarnya pertanyaan yang seperti itu tak sesimple itu munculnya. Butuh beberapa fenomena dan fakta-fakta di sekeliling yang berbelit-belit.
Jika ada seseorang bisa menemukan jawaban itu, mereka lah yang atheis. Namun saya tak bisa menjawabnya. Karena bagi saya tuhan adalah segala-galanya. Mungkin kalau tuhan memiliki sifat seperti saya, beliau akan benar-benar menghabisi saya sebagai hambanya karena terlalu banyak berlumuran dosa.
Mencari asal-usul nabi dan agama. Apakah agamaku benar?
Ah, ini memunculkan lagi pertanyaan yang sepertinya tak ada ujungnya jika tentang agama.
Saya mencari… mencari… dan ketiduran.
Tapi saya mendapat sedikit garis besar. Nabi musa a.s, nabi isa a.s, dan nabi Muhammad SAW. Itu. Cari sendiri aja apa perbedaannya! (kalo emang tertarik). Ah (Aing cape mun kudu nerangkeun. Jeung barina oge kaluar jalur. Jeung can tangtu bener).
Modernisasi memang membuat saya harus banyak bertanya tentang agama karena sadar tak sadar itu luntur. Meski banyak yang mengaku memiliki agama namun… yah, begitulah.
^_^
Popular, harta, ilmu terkadang kita sama sekali tak sadar sangat ambisius mendapatkan itu untuk mencapai yang namanya kesempurnaan. Khilaf memang terkadang tak bisa dihindari. Itu semua manusiawi. Dan saya mahasiswa.
Saya teringat lagi ketika saya memang ingin sempurna. Namun sadarlah. Itu bodoh! Ketika saya bahagia, saya ingin merasa lebih lagi dan akhirnya saya melakukan yang lebih, namun itu semua malah mengurangi. Sampai saya tak merasa bahagia seperti dulu.
“Iya ya ramean dulu.” Saya sering mendengar kata itu dari mulut yang berbeda. Ternyata banyak juga yang seperti saya.
Teman saya di kuliah bilang, “This is real life.” Ketika saya mengeluh. Yang memang banyak hambatannya.
Kembali lagi tentang kesempurnaan. Memang apa arti dari sempurna? Tanya saja pada Andra and theblackbone. Saya mah belum pernah ketemu.
Sempurna itu banyak yang menganggapnya sesuatu yang tanpa cacat dan baik sebaik-baiknya. Namun jika sempurna itu baik, kenapa manusia dianggap tuhan lebih sempurna ketimbang malaikat?
Kesempurnaan itu sebenarnya manusia, jadi apa perlu mencari lagi?(walau pun manusia punya sifat dasar yang nggak pernah puas) Tapi ini juga bukan berarti harus diam terus-menerus.
Jadi tak ada yang salah dalam manusia. Karena benar itu tak selalu benar dan yang salah tak selalu salah. Satu-satunya yang salah itu adalah TAKUT SALAH. Kebanyakan hasil itu dinilai  dengan mayoritas dan minoritas, banyaknya penilaian dari jawaban tersebut. Jika menjawab A dan orang-orang menjawab A, berarti jawaban itu dianggap benar atas dasar orang lain juga menjawab A. apalagi orang awam yang kerjannya ikut-ikutan.
Tapi manusia tak ada yang selalu benar terkadang jawaban minoritas lah yang benar. Namun tak digubris.
Jika hukumnya seperti ini, adalah tugas minoritas meyakinkan mayoritas atas jawabannya. Banyakan mana orang sukses sama gagal (sukses dalam artian umum)? Memang jika ada objek yang bergerak maka banyak lah yang berkomentar. Jadi jika anda banyak dikomentari, bayangkan saja anda adalah objek yang menuju suksesnya.
Riwayat Al-bukhari pun bilang, barang siapa Allah inginkan kebaikan untuknya, maka Allah akan mengujinya dengan kesusahan.
Bagi saya hidup merupakan gabungan dari dua kata yaitu hi=pro dan dup=kontra. Kadang kita pernah bertujuan supaya semua yang ada di dunia ini menjadi pro pada kita. Pro tak mungkin menemenuhi hidup kita. Nabi pun banyak yang kontra. Siapa yang dapat mengubah? Jika seseorang itu dapat mewujudkan semuanya menjadi pro, berarti itu namanya hihi. Bukan hidup. Dan sebaliknya jika semua kontra akan menjadi dupdup. Bukan hidup.
Ya saya bebas lah bikin arti. Kaya psikater yang memang hanya manusia biasa.
Dan entah apa yang ada di pikiran orang yang merasa hebat berkomentar tentang saya yang cupu ini. 
Hidup buat apa? Sambil nunggu waktu kojor, nimbun barang dan sanjungan orang lain aja gitu?
Menurut buku yang saya baca, lawan kata dari hidup bukanlah mati. Lawan kata dari mati adalah lahir. Karena sebelum lahir di dunia manusia sudah hidup di alam rahim dan ketika meninggal dunia manusia tetap hidup di dunia akhirat.
Dan baru tersadarkan lagi kalau tugas manusia itu beribadah kepada Allah. Yah, kalau ngomongin ini memang kesannya tua. Tapi itu kan jawaban mayoritas…

Jika ilmu terlalu banyak diperoleh dapat membuat orang tersebut melupakan tuhan karena kesombongannya. Tapi orang yang ingin terlihat pintar malah gampang dibodohi. Mental juga tak boleh dikesampingkan.
Mungkin karena itu agama menuntun umatnya, dari buku IK, agama itu diambil dari kata a=tidak, gama=kacau. Agar tidak kacau, manusia diberi agama. Tapi malah kebanyakan orang ingin mengambil makna sendiri dalam hidupnya. Keluar dari aturan. Termasuk saya.
Orang yang punya agama itu harus rendah hati.
Kadang-kadang ketika tersadar semua sudah terwujud. Selalu ada yang kurang. Apa itu? sudah bergerak tapi kenapa hidup itu nggak maju-maju. Kadang apa yang kita inginkan lalu berusaha meraihnya, dan akhirnya tercapai, tak merasakan apa-apa. Lalu mengambil bahagia yang semu untuk menutupi ingatan tentang perjuangan itu.
Ketika lem dihisap, apa pengaruhnya? Kenapa ga sekalian lubang hidungnya ditempelin lem yang dasarnya nempel jadi tercium terus-menerus. Tapi kenapa ga ada yang suka nyium bau lubang pantat padahal wanginya sama sama gak enak?
Ada satu hal yang kurang dimengerti. Hal yang seakan mendorong maju namun terasa berat. Tentang mereka. Ada beberapa yang sejati namun ada juga yang palsu. Amarah yang meledak dalam hati kian merusak dada. Namun itu lebih baik daripada emosi itu keluar lalu merusak yang lain. Seperti kata Pak Mario, kesakitan yang diberikan orang terkasih adalah sebuah kemuliaan jiwa.
Tak mungkin ada asap kalu tak ada api. Tak mungkin ada bau jika tak ada yang busiat hehe
Saya coba merenung mungkin ini sebuah karma dari suatu kebodohan. Menceramahi itu lebih mudah daripada menjalankan apa yang diceramahi oleh diri sendiri pada orang lain.
Kini saya mulai meninggalkan, maju untuk hal yang lebih baik. Bukan karena benci, namun karena pandangan sebelah mata jika saya tak mengajak. Mungkin akan sibuk membuat percaya daripada maju. Saya hanya tak ingin yang lain susah. Meski banyak juga cibiran yang nggak bisa dihindari. Namun positif thingking adalah kuncinya.
Keterpurukan ini adalah teguran nyata kehidupan. Mungkin sikap berubah-ubah namun saya berharap kau selalu sejati. Tak selamanya saya selalu memberi candaan yang menjadi pandangan orang selama ini.
Satu kunci adalah senyum dan nikmatilah. Ambil jalanmu. Memang berat jika takdir kita jalan tak dengan orang terkasih namun ini tugas khalifah di bumi. Percayalah tuhan tak pernah menzolimi umatnya. Seperti ramadhan yang  dirasa lebih damai.
Ikhlas adalah kata sederhana yang benar-benar bermakna tapi begitu sulit diterapkan.
Niat baik adalah awal.
“Yang penting mah niat!” kata temen saya yang lain. Jika seperti itu, niat baik akan secara natural menciptakan tuntutan hasil yang baik pula. Dan jika hasilnya tak baik akan menciptakan kesakitan.
Itu bertanda niat bukan segala-galanya. Tapi diselaraskan dengan cara. Dan ikhlas adalah bantal jika dua hal itu bertemu dengan benturan-benturan dan mendaji air ketika jiwa terbakar melihat hasilnya berantakan.
Memang tahu lah rasa pilu itu seperti apa. Melebihi sedih. Tapi berhenti bukan pilihan. Istirahat lah jangan pikirkan yang lain-lain. Lepaskan. Semua orang juga merasakan pilu. Mungkin hanya orang lebay yang membeberkan semua itu. Tapi jika memang itu membuat anda lepas, lakukan lah.
Lihat apa yang sudah anda kerjakan selama ini. Sayang kalau berhenti.
Menyertah itu bukan pilihan.
Dunia ini begitu luas. 1 kejadian nggak penting pun punya banyak dimensi, Sob. Pasti memiliki banyak makna.
Kehinaan dalam kebaikan adalah sebuah garis hitam yang tergambar dalam kanvas putih kehidupan. Jika tak ada warna hitam dikehidupan itu, percayalah, gambar itu tidak akan terlihat indah. Bahkan cangcut pink pun akan lebih indah jika ada warna rambut hitam yang keriting.
Dan ketika meninggal dunia kita sadar kalau hidup itu seperti panorama indah yang tak hanya dilihat, tapi dirasakan juga.
 
Hidup itu seperti pemandangan indah !

Read More/Selengkapnya...