1937 saya sudah hadir d bumi.percayalah pada jaman itu saya sedang duduk d warung kopi memainkan smartphone,meski begitu saya belum bisa dipanggil profesor.lalu apa guna smartphone?kasian hpku yg lama,dia mungkin merasa cemburu d dlam kamar,karena yg selalu d bawa adalah hp yg ini.sebenarnya jika baterainya masih menunjukan semangat yg bergejolak,saya akan mmbwanya tiap hari.kini setelah batrenya hanya bertahan 2 jam dari full hingga habis,lebih baik saya menidurkannya di kasur yg setiap hari saya pakai untuk tidut dan malas malasan.itu tanda penghormatan saya padanya.agar ia merasa saya bukanlah kacang yg lupa kulitnya.
Sudah 1945,waktu berjalan begitu cepat,dimana katanya negara indonesia merdeka,bukti adanya semangat memperjuangkan nusantara.mereka bersatu mengenyampingkan perbedaan.seharusnya itu adalah warisan yg paling berharga.kini tanah airnya sudah menjadi bangunan megah yg dikhususkan untuk orang orang tertentu,dan airnya yg bersih sangat mudah didapat,kalau sedang beruntung.
Bisalah kau melihat mereka yg menjadi wakil rakyat terlihat mewah,rapi,dan difasilitasi banyak hal yg memuaskan keinginanya.namun rakyat utamanya yg bukan wakil,seperti lupa memiliki negara,sebab memenuhi kebutuhan primer sudah menghabiskan segala pikirannya.
Seharusnya wakil adalah yg mewakili,segala aspirasi dan suara rakyat.namun mereka simpan dulu dengan alasan lagi pewe.nnnti kalau kursinya terancam tergusur oleh pemilu priode berikutnya baru ingat,tapi siapa yg menjamin?
Ah sudah 2000 jam 8 malam, gut bye
Rabu, 19 Juni 2013
Renungan warkop
Langganan:
Postingan (Atom)